Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Trump Tak Dapat Nobel Perdamaian, Gedung Putih Marah ke Panitia

Oktober 12, 2025 Last Updated 2025-10-12T02:27:07Z



Gedung Putih mengecam keputusan Komite Nobel Norwegia yang tidak menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2025 kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.


Dalam pernyataan resmi, juru bicara Gedung Putih Steven Cheung menilai keputusan tersebut menunjukkan bahwa panitia Nobel lebih mengutamakan politik daripada perdamaian.


"Presiden Trump akan terus membuat kesepakatan damai, mengakhiri perang, dan menyelamatkan nyawa," tulis Cheung di platform media sosial X.


"Da memiliki hati kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada orang seperti dirinya yang mampu menggerakkan gunung dengan kekuatan tekadnya," lanjutnya, sebagaimana dilansir Euronews, Jumat (10/10/2025).


Trump selama ini dikenal sangat menginginkan penghargaan bergengsi tersebut dan kerap mengeklaim peran pentingnya dalam sejumlah kesepakatan gencatan senjata internasional. 


Namun hingga kini, dia belum memberikan komentar terkait kekalahannya tahun ini.


Nobel Perdamaian


Sebelumnya, Komite Nobel Norwegia pada Jumat mengumumkan bahwa penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini diberikan kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maraa Corina Machado.


"Sebagai pemimpin gerakan demokrasi di Venezuela, Maria Corina Machado adalah salah satu contoh keberanian sipil paling luar biasa di Amerika Latin dalam beberapa tahun terakhir," tulis Komite Nobel dalam pernyataan resmi.


Machado dinilai berjasa karena perjuangannya yang tanpa henti memperjuangkan hak-hak demokratis rakyat Venezuela serta upayanya menuju transisi damai dan adil dari rezim otoriter menuju demokrasi.


Pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro diketahui kerap menargetkan lawan politik, baik nyata maupun yang dianggap oposisi, terutama menjelang pemilihan presiden tahun lalu.


Machado awalnya dijadwalkan maju melawan Maduro, namun didiskualifikasi oleh pemerintah. 


Posisinya kemudian digantikan oleh Edmundo Gonzalez yang belum pernah mencalonkan diri sebelumnya.


Menjelang pemilihan, terjadi penindasan luas terhadap oposisi, termasuk diskualifikasi, penangkapan, serta pelanggaran hak asasi manusia. 


Ketegangan meningkat setelah Dewan Pemilihan Nasional yang dikuasai loyalis Maduro menyatakan sang petahana menang, meski terdapat bukti kuat yang menunjukkan sebaliknya.


Hasil pemilu itu memicu gelombang protes di seluruh negeri. Aparat keamanan menanggapinya dengan kekerasan hingga menewaskan lebih dari 20 orang. 


Akibatnya, hubungan diplomatik Venezuela dengan sejumlah negara, termasuk Argentina, terputus.


Pada September 2024, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi tak mengikat yang menyatakan bahwa Gonzalez, bukan Maduro, adalah pemenang sah pemilihan presiden.


"Kami berada dalam situasi penganiayaan maksimal. Hampir semua tokoh yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu kini bersembunyi, diasingkan, mencari suaka, atau ditahan," ujar Machado dalam wawancara eksklusif dengan Euronews.


Machado sendiri sejak Januari lalu bersembunyi dan belum muncul di hadapan publik. 


Sementara itu, pengadilan Venezuela mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Gonzalez, yang kini tinggal di Spanyol dan telah mendapatkan suaka.


Spekulasi


Sebelum pengumuman Nobel, sempat beredar spekulasi bahwa Trump berpeluang menerima penghargaan tersebut, terutama setelah rencana gencatan senjata di Gaza yang disetujui awal pekan ini.


Namun para ahli menilai Komite Nobel biasanya mempertimbangkan ketahanan perdamaian, upaya mempererat persaudaraan internasional, serta kontribusi lembaga yang bekerja diam-diam untuk tujuan itu.


Tahun lalu, penghargaan Nobel Perdamaian diberikan kepada Nihon Hidankyo, gerakan akar rumput penyintas bom atom Jepang yang telah lama memperjuangkan pelarangan senjata nuklir.


Upacara penyerahan Hadiah Nobel Perdamaian dijadwalkan berlangsung pada 10 Desember mendatang, bertepatan dengan hari wafatnya Alfred Nobel, penemu dinamit sekaligus pendiri penghargaan bergengsi tersebut.

×