Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Twitter Banjir Ujaran Hinaan dan Cacian usai Elon Musk Jadi Pemilik

Oktober 31, 2022 Last Updated 2022-10-31T07:54:46Z


Twitter dibanjiri caci maki dan hinaan usai Miliarder Elon Musk resmi menjadi CEO dari perusahaan media sosial berlogo burung biru tersebut.

Twitter disebut tengah bertarung dengan banjir cuitan kebencian setelah Elon Musk secara resmi mengakuisisi perusahaan ini pada Jumat (28/10).


Kepala keamanan dan integritas platform Yoel Roth mengatakan di Twitter bahwa perusahaan tengah mengambil tindakan terhadap "upaya terorganisir" untuk menyebarkan ujaran kebencian di Twitter.


Menurut Roth, "sejumlah kecil" akun memposting serangkaian tweet yang berisi "hinaan dan istilah menghina lainnya" selama dua hari terakhir dengan tujuan membuat pengguna lain berpikir kebijakan Twitter seputar moderasi konten telah berubah.


Roth mengatakan 300 akun yang mengirimkan lebih dari 50 ribu cuitan menggunakan cacian dan hampir semua akun yang tersebut tidak autentik.


Temuan serupa disampaikan oleh Network Contagion Research Institute yang memposting tweet pada Jumat (28/10). Menurut mereka, penggunaan kata "N" di Twitter meningkat hampir 500 persen bila dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya.


Twitter telah memblokir beberapa pengguna yang terlibat dalam kampanye tersebut dan meningkatkan upaya untuk memerangi ujaran kebencian di platform tersebut.


"Kebijakan Twitter tidak berubah," kata Roth.


"Perilaku kebencian tidak memiliki tempat di sini ... Kami telah mengambil tindakan untuk melarang pengguna yang terlibat dalam kampanye trolling ini - dan akan terus bekerja untuk mengatasi hal ini di hari-hari mendatang untuk membuat Twitter aman dan ramah bagi semua orang," imbuhnya.


Meskipun Musk menyatakan dia belum membuat perubahan apa pun pada kebijakan Twitter, beberapa pengguna mendapat kesan bahwa aturan moderasi konten platform akan menjadi lebih lunak ketika dipimpin Musk.


Dilansir dari The Verge, Musk sebelumnya menggambarkan dirinya sebagai "sosok absolut kebebasan berbicara" dan mengatakan dia ingin menjadikan Twitter sebagai "platform kebebasan berbicara."


Hal ini memicu kekhawatiran tentang bagaimana Twitter berencana menangani ujaran kebencian dan informasi yang salah, yang telah mulai dilontarkan beberapa pengguna dalam upaya menguji batas aturan di Twitter.


Tak hanya ujaran kebencian, Twitter juga baru-baru ini kedatangan sejumlah pengguna yang mengkampanyekan teori konspirasi.


Tak lama setelah Musk mengakuisisi Twitter, Associate Press melaporkan masuknya sosok-sosok konservatif dan pengguna sayap kanan ke Twitter. Mereka menyampaikan teori konspirasi dan kata kunci buzzer, seperti "ivermectin" atau "Trump menang."


Sementara itu, akun Twitter konservatif milik orang-orang seperti Candace Owens, seorang tokoh media konservatif, dan Kari Lake, seorang kandidat Partai Republik dalam pemilihan gubernur Arizona, mengalami peningkatan pengikut yang tidak biasa.


Lebih lanjut, Musk mengatakan ia berencana untuk membentuk dewan moderasi konten yang terdiri dari anggota dengan sudut pandang yang sangat beragam untuk membuat keputusan tentang apakah akan menghapus cuitan tertentu atau mengaktifkan kembali akun pengguna.[SB]

×