Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Studi Ungkap Siapa Paling 'Kena Mental' di Konflik Israel-Palestina

April 18, 2023 Last Updated 2023-04-17T23:58:56Z


Para ahli menyebut korban yang paling 'kena mental' dari konflik Israel dan Palestina adalah anak-anak. Pihak mana yang paling terluka psikisnya?


Hal itu terungkap dalam sebuah studi yang dipresentasikan di the International Society for Research on Aggression pada 2010.


Bahwa, 50 persen anak-anak Palestina yang berusia antara 11 dan 14 tahun pernah melihat orang Palestina lainnya marah atau menangis karena seseorang yang mereka kenal atau cintai telah dibunuh oleh orang Israel.


Dengan proporsi yang hampir sama, mereka juga telah melihat secara langsung warga Palestina lainnya yang terluka atau tewas, terbaring di atas tandu atau di tanah, sebagai akibat dari serangan Israel pada tahun sebelumnya.


Sementara itu, bagi warga Israel, angka-angka tersebut lebih rendah meski tetap terbilang tinggi.


Lebih dari 25 persen anak-anak Yahudi Israel dengan usia yang sama dilaporkan telah melihat orang Israel lainnya marah atau menangis karena seseorang yang mereka kenal atau cintai telah dibunuh oleh orang Palestina.


Hampir 10 persen juga melaporkan melihat secara langsung orang Israel lainnya yang terluka atau mati, terbaring di tandu atau di tanah, sebagai akibat dari serangan Palestina pada tahun lalu.


"Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak Palestina khususnya melihat kekerasan yang sangat mengganggu dalam kehidupan sehari-hari mereka," kata psikolog Rowell Huesmann, direktur Pusat Penelitian Dinamika Kelompok di U-M Institute for Social Research (ISR) dan peneliti utama proyek tersebut, dikutip dari ScienceDaily.


"Lebih jauh lagi, paparan [emosi hingga korban konflik] ini sangat merusak. Hal ini terkait dengan peningkatan dramatis dalam gejala stres pasca-trauma dan peningkatan perilaku agresif yang ditujukan kepada teman sebaya," tambahnya.


Menurut hasil survei tahun pertama dari penelitian longitudinal tiga tahun terhadap 1.500 anak berusia 8 hingga 14 tahun, anak-anak yang paling sering melihat kekerasan mengalami tingkat ketakutan, kecemasan, mimpi buruk, dan pikiran yang melumpuhkan paling tinggi.


Sebagai contoh, lebih dari 70 persen anak-anak Arab Israel yang melihat hal-hal tersebut sering mengalami mimpi buruk.


Kemudian, yang lebih mengkhawatirkan lagi, baik pemuda Palestina maupun Israel yang paling sering melihat kekerasan secara signifikan lebih mungkin menampar, mencekik, meninju, memukul, atau mengancam orang lain dari kelompok mereka sendiri dengan senjata atau pisau.


Misalnya, 51 persen pemuda yang berada di tingkat paparan kekerasan terendah melaporkan telah melakukan setidaknya satu dari tindakan tersebut selama satu tahun terakhir, dibandingkan dengan 71 persen pemuda yang berada di tingkat paparan kekerasan tertinggi.


"Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak Palestina khususnya melihat kekerasan yang sangat mengganggu dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan semakin mereka terpapar dengan kekerasan, semakin mereka cemas dan semakin agresif mereka berperilaku," ujar Eric Dubow, psikolog ISR yang merupakan salah satu peneliti utama dalam proyek ini.


Lebih lanjut, Paul Boxer, peneliti utama lainnya dalam studi ini, mengatakan seiring berjalannya waktu, paparan terhadap semua jenis kekerasan berkaitan dengan peningkatan perilaku agresif di antara anak-anak.


"Kami juga menemukan bahwa efek ini paling kuat di antara kelompok usia termuda, dan bahwa hal ini tampaknya merupakan hasil dari pengaruh berantai di mana kekerasan etnis-politik meningkatkan kekerasan dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar, yang pada gilirannya meningkatkan perilaku agresif di antara anak-anak," dikutip dari laman University of Michigan.[SB]

×