Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Perang di Mana-Mana, Bos Perusahaan Besar Dunia Panik!

Januari 12, 2024 Last Updated 2024-01-12T13:54:30Z


Berbagai letupan konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia beberapa waktu terakhir membuat berbagai pelaku ekonomi dunia khawatir. Ini dianggap akan membuat perekonomian dunia tertekan ke depan.


Hal ini terungkap dalam Global Risks Perception Survey 2023-2024 (GRPS) yang dilakukan oleh Economic Forum (WEF) terhadap 1.500 pelaku ekonomi mulai dari akademisi, pelaku usaha, pemerintahan, hingga publik, pada September 2023 lalu.


Hasil dari survei itu dimuat dalam The Global Risks Report 2024 WEF dan menjadikan konflik bersenjata antarnegara sebagai kekhawatiran kelima terbesar para pelaku ekonomi untuk tahun ini hingga jangka pendek, yakni 2 tahun mendatang atau hingga 2026.


Lima risiko lainnya yang mendapat perhatian khusus dari para responden itu ialah misinformasi dan disinformasi yang dibuat oleh artificial intelligence (AI), cuaca ekstrem, polarisasi sosial, hingga cyber insecurity.


"Itulah top five proyeksi risiko jangka waktu dua tahun," kata Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi saat konferensi pers The Global Risks Report 2024, dikutip Jumat (12/1/2024).


Konflik bersenjata antar negara ini merupakan risiko baru yang masuk ke dalam 5 terbesar risiko yang mendapat perhatian khusus dari para responden. Terutama setelah dunia menjadi semakin tidak damai dalam satu dekade terakhir, menurut WEF.


Konflik bersenjata antar negara ini pun termasuk dalam lima risiko teratas di 20 negara yang disurvei dalam Executive Opinion Survey WEF dalam The Global Risks Report 2024. Di antaranya Mesir, Irak, Kazakhstan dan Serbia, dan merupakan risiko terbesar di Armenia, Georgia, Kyrgyzstan dan Jepang.


EOS itu sendiri merupakan survei yang dilakukan WEF terhadap setiap negara di dunia untuk jangka waktu dua tahun ke depan, dan dilakukan terhadap lebih dari 11 ribu pemimpin bisnis atau perusahaan dan 113 ekonom.


"Titik-titik konflik tertentu menyedot fokus dan membuat sumber daya negara-negara besar akan terbagi selama dua tahun ke depan, sehingga menurunkan keamanan global, mengganggu stabilitas sistem keuangan, dan rantai pasokan global," tulis WEF.


Titik perang yang kini mendapat perhatian serius dalam survei itu ialah perang Rusia-Ukraina, Perang Israel-Palestina di Gaza, serta ketegangan di Taiwan yang tak kunjung mereda. Titik perang itu dinobatkan sebagai titik api yang dapat menyebar sewaktu-waktu dan mengganggu rantai pasokan global, pasar keuangan, keamanan dan stabilitas politik, hingga keselamatan setiap individu di dunia.


Titik konflik yang terjadi saat ini pun menurut WEF berlokasi di wilayah strategis, berlokasi di jalur minyak dan perdagangan di Timur Tengah, jalur keseimbangan dan stabilitas termasuk pangan di Eropa Timur, hingga jalur rantai pasokan teknologi di Asia Timur.


"Hal ini dapat menyebabkan destabilisasi regional yang lebih luas, yang secara langsung menarik kekuatan-kekuatan besar dan meningkatkan skala konflik. Ketiga titik itu juga secara langsung melibatkan negara-negara yang dianggap memiliki kemampuan nuklir," tulis WEF.


Meski belum pada tahap konflik bersenjata, ketegangan di wilayah Asia menurut pandangan responden WEF harus mendapat perhatian serius karena China sebagai kekuatan ekonomi di kawasan belum mengambil langkah yang tampak merespons tensi itu.


"Berbeda dengan Rusia, yang menggandakan target belanja pertahanannya menjadi lebih dari US$ 100 miliar pada tahun 2023, dan Amerika Serikat, yang mengalokasikan lebih dari US$113 miliar bantuan terkait perang di Ukraina saja," tulis WEF.


Secara garis besar WEF mengungkapkan bahwa ketegangan bersenjata yang terjadi saat ini membuat para pelaku ekonomi beranggapan adanya potensi penularan konflik ke depan, ke arah yang lebih luas, salah satunya dipengaruhi oleh disinformasi dan misinformasi akibat perkembangan teknologi yang belum mampu dikontrol. [SB]


×