Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Di Kompleks Masjid Al-Aqsa, Polisi Israel Tembakkan Gas Air Mata, Batasi Jemaah Masuk

April 06, 2024 Last Updated 2024-04-06T08:26:30Z


Bentrokan antara umat Muslim Palestina dan polisi Israel yang mengendalikan pintu masuk ke Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, kembali pecah pada Jumat (5/4/2024).


Pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan 2024 itu, ada sekitar 120.000 orang yang dilaporkan tengah mendatangi kompleks Masjid Al-Aqsa.


Mufti Agung Yerusalem Muhammad Ahmad Hussein sebelumnya telah mendesak para jemaah untuk berani menghadapi kehadiran polisi yang sangat banyak karena perang di Gaza.


Warga Yerusalem, Adli al-Agha (53) mengatakan kepada AFP, bahwa banyak orang "harus melarikan diri dari shalat subuh" setelah polisi Israel mengerahkan sebuah drone yang menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan orang-orang yang meneriakkan "Maha Suci Allah".


"Dengan jiwa dan darah kami, kami berkorban untukmu Al-Aqsa," kata para jemaah, menurut Agha.


Polisi Israel mengatakan bahwa mereka menangkap delapan orang karena menghasut terorisme.


Batasi akses masuk ke Masjid Al-Aqsa


Penduduk Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki Israel, Yasser Basha, bersaksi bahwa polisi Israel telah membatasi akses masuk ke masjid untuk orang dewasa dan anak-anak.


Menurutnya, hanya pria berusia di atas 55 tahun dan perempuan berusia di atas 50 tahun yang diizinkan masuk.


"Jika bukan karena perang, segalanya akan jauh lebih mudah," tambahnya.


Jumat juga menandai Lailatul Qadar, puncak spiritual bulan suci umat Islam, yang memperingati saat malaikat Jibril pertama kali menampakkan diri kepada Nabi Muhammad dan mulai mewahyukan Al Quran.


Ini adalah malam ketika umat Islam percaya bahwa doa-doa mereka kemungkinan besar akan dikabulkan, sebuah momen yang meriah ketika anak-anak begadang dan toko-toko tetap buka hingga dini hari.


Namun, banyak warga Palestina yang tidak bisa merayakannya dan berdoa agar perang di Gaza segera berakhir setelah hampir enam bulan penuh pertumpahan darah.


Tidak bisa lepas dari Gaza


Sameeha Al Qadi (55), yang datang dari dekat Betlehem, mengatakan Yerusalem kini menyedihkan dan kehilangan cahayanya.


"Kami semua merasakan apa yang terjadi di Gaza. Kami tidak bisa menghindar darinya walau hanya sebentar," ucapnya.


Tahun ini hanya ada sedikit dekorasi atau lampu-lampu Ramadhan di Kota Suci.


"Tidak ada yang manis dari hari raya tahun ini. Orang-orang tidak merayakannya. Semuanya terasa pahit di mulut saya. Sangat menyakitkan pada saat ini yang semuanya tentang keluarga," kata Sabah (54), yang beberapa kerabatnya terbunuh di Gaza.


Paskah juga terasa hening


Paskah juga terasa hening pada akhir pekan lalu bagi umat Kristiani Palestina.


Adnan Jafar (60), seorang pembuat manisan di Kota Tua, mengatakan biasanya di bulan Ramadhan tokonya paling ramai.


"Tapi saya tidak pernah mengalami Ramadhan seperti ini. Dan kita semua tahu mengapa. (Gaza) tidak hanya berdampak pada kami, tapi juga pada seluruh dunia," jelasnya menyesal.


Perang Gaza yang paling berdarah meletus sejak 7 Oktober lalu usai serangan Hamas terhadap Israel dilaporkan mengakibatkan kematian 1.170 warga Israel dan warga asing.


Sementara, serangan Israel sebagai kampanye pembalasan telah menewaskan sedikitnya 33.091 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan wilayah itu.

×