Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kenali Doomscrolling, Kebiasaan Menggulir Berita yang Diam-diam Merusak Kesehatan Mental

Agustus 23, 2025 Last Updated 2025-08-23T08:15:14Z


Pernahkah Anda tanpa sadar terus menggulir layar ponsel hanya untuk membaca berita buruk atau informasi negatif? Kebiasaan ini dikenal dengan istilah doomscrolling. Fenomena ini semakin banyak ditemui seiring meningkatnya penggunaan media sosial dan akses informasi tanpa batas.


Menurut penjelasan Alodokter, doomscrolling adalah kecenderungan seseorang untuk terus mencari, membaca, dan mengonsumsi konten negatif secara berlebihan, meskipun sadar bahwa hal itu bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.


Aktivitas ini sering dilakukan di malam hari sebelum tidur, saat seseorang merasa ingin tetap “update” dengan informasi terbaru.


Mengapa Doomscrolling Terjadi?


Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, kebiasaan ini muncul karena otak manusia memiliki bias terhadap informasi negatif. Secara psikologis, manusia cenderung lebih fokus pada hal-hal yang berbahaya atau mengancam, sebagai bentuk mekanisme bertahan hidup. Sayangnya, di era digital, pola ini justru membuat orang sulit berhenti menggulir berita buruk yang bertebaran di media sosial.


Hal serupa disampaikan Psikolog IPB University (2025), yang menyebut doomscrolling sering beriringan dengan zombiescrolling, yaitu kebiasaan menggulir layar tanpa tujuan jelas. Keduanya dapat memicu fenomena brain rot atau kelelahan otak akibat paparan informasi berlebihan, terutama yang bernuansa negatif.


Dampak Psikologis Doomscrolling


Kebiasaan ini tidak hanya membuang waktu, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan mental. Artikel Harvard Health Publishing menegaskan bahwa doomscrolling dapat meningkatkan kecemasan, rasa khawatir berlebihan, stres kronis, hingga gangguan tidur.


Sementara itu, penelitian yang dimuat dalam Jurnal FLE (2022) menunjukkan adanya hubungan antara doomscrolling dengan meningkatnya gejala depresi, terutama pada kelompok usia muda yang paling aktif menggunakan media sosial.


Psikiater UGM juga mengingatkan bahwa kebiasaan ini bisa menurunkan produktivitas. Alih-alih mendapatkan informasi yang bermanfaat, individu justru terjebak dalam lingkaran kecemasan yang melelahkan. Selain itu, paparan berita buruk yang terus-menerus dapat membuat seseorang memiliki pandangan dunia yang lebih pesimis, bahkan meningkatkan risiko learned helplessness atau rasa tidak berdaya menghadapi keadaan.


Jika berlangsung dalam jangka panjang, doomscrolling juga berpotensi memengaruhi kualitas hubungan sosial. Individu yang sering cemas karena berita negatif cenderung menarik diri, mudah lelah, dan sulit fokus ketika berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup secara keseluruhan.


Bagaimana Cara Mengatasinya?


Menghentikan doomscrolling memang tidak mudah, mengingat media sosial dirancang untuk membuat penggunanya betah berlama-lama. Namun, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:


Batasi waktu penggunaan media sosial. Tetapkan jadwal khusus untuk mengakses berita dan hindari scrolling berlebihan sebelum tidur.


Pilih sumber informasi terpercaya. Fokus pada media yang menyajikan berita faktual dan seimbang, bukan hanya sensasi negatif.


Terapkan digital detox. Luangkan waktu tanpa gawai, misalnya satu jam sebelum tidur, untuk memberi ruang istirahat bagi otak.


Alihkan perhatian pada aktivitas positif. Membaca buku, olahraga ringan, atau meditasi bisa menjadi alternatif yang lebih menenangkan.


Sadari pola pikir. Menurut artikel dari Positive Psychology, melatih self-awareness dapat membantu individu berhenti ketika mulai tenggelam dalam doomscrolling.


Gunakan fitur pengingat aplikasi. Beberapa platform media sosial kini memiliki pengingat waktu penggunaan. Memanfaatkannya bisa membantu mengurangi kebiasaan berlebihan.


Psikolog IPB menambahkan bahwa mencari dukungan sosial juga penting. Dengan berdiskusi bersama teman atau keluarga tentang perasaan yang muncul, individu bisa mengurangi kecenderungan mencari pelarian lewat doomscrolling. Jika kebiasaan ini sudah mengganggu kesehatan mental secara signifikan, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan profesional, seperti psikolog atau psikiater.


Mengapa Isu Ini Penting?


Fenomena doomscrolling semakin relevan di era banjir informasi. Generasi muda, terutama Gen Z, seringkali ingin selalu terhubung dengan kabar terbaru. Namun, tanpa disadari, mereka rentan mengalami stres dan kelelahan mental karena paparan berita buruk yang terus-menerus.


Dengan memahami psikologi di balik kebiasaan ini, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Doomscrolling bukan hanya soal waktu yang terbuang, tetapi juga tentang kesehatan mental yang perlu dijaga.

×