Dalam sebuah ruangan penuh sorot lampu dan tatapan serius para pelaku ekonomi di Investor Daily Summit 2025, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan pengakuan yang mengejutkan.
Dengan nada tenang tapi penuh keyakinan, ia menceritakan kisah di balik keputusannya menduduki kursi panas yang sebelumnya diisi oleh Sri Mulyani Indrawati.
Ternyata, penunjukan dirinya oleh Presiden Prabowo Subianto bukanlah proses biasa.
Di baliknya, tersimpan peringatan keras yang nyaris terdengar seperti ramalan: bahwa Prabowo bisa jatuh pada Februari 2026 jika arah ekonomi nasional tak segera dibenahi.
“Waktu itu saya takut-takutin Pak Prabowo,” ujar Purbaya, separuh bercanda namun sarat makna.
“Saya bilang, kalau ekonomi tidak dibenahi, Februari tahun depan Bapak bisa lengser.”
Pernyataan itu bukan omong kosong. Sebagai ekonom kawakan sekaligus mantan Ketua LPS dan pengamat siklus fiskal, Purbaya menegaskan peringatannya disertai data dan analisis panjang.
Demo dan Peringatan Krisis
Menurutnya, tanda-tanda kerapuhan ekonomi sudah mulai terlihat sejak pertengahan 2025.
Perlambatan ekonomi yang berkepanjangan menimbulkan keresahan rakyat yang puncaknya terjadi pada aksi demonstrasi besar-besaran antara 25 hingga 30 Agustus 2025.
“Waktu ekonominya diperlambat, rakyat susah, turunlah demo besar-besaran,” tutur Purbaya di panggung, mengenang situasi itu.
“Demo yang terjadi sebulan lalu itu akibat dampak dari ekonomi yang melambat secara signifikan.”
Ia pun memperingatkan, bila arah kebijakan tak segera diubah, gelombang demonstrasi akan terus berlanjut.
“Kalau kita tidak merubah arah kebijakan ekonomi saat itu atau sekarang, kita akan terus mengalami demo dari minggu ke minggu dan semakin parah,” katanya tegas.
“Dan hitungan saya sebagai ekonom dan setengah dukun, Februari tahun depan akan terjadi pergantian kekuasaan yang cost-nya buat masyarakat mahal.”
Tiga Hari Dipanggil ke Hambalang
Ancaman yang disampaikan Purbaya ternyata tak dianggap enteng oleh Presiden Prabowo.
Sang Kepala Negara disebut langsung memanggilnya ke kediaman di Hambalang, Bogor, tak lama sebelum pelantikan kabinet.
Purbaya mengenang momen itu dengan gamblang tiga hari berturut-turut ia diminta hadir oleh Prabowo. Hari pertama, ia hanya duduk diam, menyimak Prabowo berbicara dengan orang lain tanpa sekalipun ditanya.
“Cara Pak Prabowo menilai orang itu hari Jumat. ‘Pur, dipanggil ke Hambalang,’ datang saya ke situ.
Duduk tiga jam dengerin dia presentasi sama orang lain, dengerin. Besoknya datang lagi, dengerin. Dia ngelihat saya saja,” kisah Purbaya dengan nada jenaka.
Barulah pada 7 September 2025, sehari sebelum pelantikan, Prabowo kembali memanggilnya.
Di sanalah, kata Purbaya, ia mengucapkan kalimat yang kelak menjadi “secret of my success.”
“Saya ceritain, Pak keadaan begini-begini. Nah seperti yang saya bilang tadi, saya takut-takutin. ‘Pak Februari Pak (Prabowo lengser),’ (jawab Prabowo) ‘Oh gitu ya?’ Itu secret of my success,” ujar Purbaya disambut tawa para hadirin.
Siklus Tujuh Tahunan dan “Ramalan” Ekonomi
Namun, ancaman itu bukan sekadar gertak sambal. Purbaya mengaitkan analisanya dengan siklus ekonomi tujuh tahunan yang menurutnya selalu berulang dalam sejarah Indonesia.
Menurut pola itu, setiap tujuh tahun ekonomi akan mengalami ekspansi, lalu satu tahun berikutnya masuk masa krisis atau penurunan tajam.
Ia mengurai contoh dari masa ke masa: kejatuhan Soeharto pada 1998, lengsernya Gus Dur, hingga hampir jatuhnya pemerintahan SBY pada 2008.
“Jadi sebetulnya kita ada siklus bisnis, kita rata-rata tujuh tahun ekspansi tujuh setahun resesi.
Dalam masa down-turn itu masa-masa krisis. Kalau pengambil kebijakan salah, yang terjadi (seperti) jaman Pak Harto, salah lagi jamannya Gus Dur.”
Purbaya melanjutkan, ketika Susilo Bambang Yudhoyono mampu menstabilkan ekonomi pada 2008-2009, siklus berikutnya seharusnya jatuh pada 2016.
Namun, saat itu Joko Widodo telah memegang tampuk kekuasaan, dan menurut Purbaya, Indonesia nyaris terguncang.
“2015 saat Pak Jokowi mengambil kekuasaan, itu guncang sekali, dia hampir jatuh itu 2016,” ujarnya.
“Saya Sering Diminta Pendapat, Tapi Gratis”
Menariknya, Purbaya juga mengaku ikut berperan di balik stabilnya ekonomi di masa pemerintahan Jokowi.
Ia menuturkan bahwa dirinya beberapa kali dimintai masukan tentang kebijakan ekonomi meski tanpa imbalan.
“Saya cerita begini karena orang bilang Purbaya nggak tahu ekonomi, nggak ada pengalaman fiskal dan moneter.
Saya kasih masukan dari jaman SBY dan Pak Jokowi juga, tapi nggak dibayar, gratis,” katanya tersenyum.
Kini, setelah duduk di kursi Menteri Keuangan, Purbaya menganggap semua pengalaman dan analisis masa lalu itu menjadi dasar langkahnya memperbaiki fondasi ekonomi nasional.
Bagi dirinya, tugas utama bukan hanya menjaga kas negara, melainkan menjaga kestabilan sosial dan politik melalui ekonomi.
Dan sebagaimana ia katakan dengan nada penuh keyakinan:
“Kalau ekonomi tidak kita ubah sekarang, gelombang itu bisa menelan siapa pun.
Tapi selama masih ada kesempatan memperbaiki arah, kita bisa hindari Februari kelam itu.”