Penyakit ginjal adalah kondisi di mana organ ginjal seseorang tidak berfungsi normal sebagaimana mestinya.
Penyakit ginjal bisa menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu, bahkan sampai pada kondisi gagal ginjal, di mana organ ini berhenti bekerja sama sekali.
Pada tahap awal, penyakit ini biasanya tidak memperlihatkan gejala sama sekali. Sehingga perlu dilakukan tes darah atau urine untuk memastikannya.
Namun jika sudah sampai pada tahap lanjutan, penyakit ini akan menunjukkan gejala tertentu seperti kelelahan, bengkak di pergelangan kaki atau tangan, sesak napas, hingga darah di kencing.
Penting untuk selalu menjaga kesehatan ginjal dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan yang berisiko merusaknya.
Berikut ini adalah beberapa kebiasaan sehari-hari yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ginjal:
1. Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis melalui keadaan proinflamasi, stres oksidatif, pergeseran protrombotik, disfungsi endotel, glomerulosklerosis, dan atrofi tubulus.
Dikutip dari studi yang diterbitkan di jurnal Kindney International Supplements, penelitian yang melibatkan 7476 peserta nondiabetes menunjukkan merokok lebih dari 20 batang per hari meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis.
Dalam penelitian lain, setiap tambahan lima batang rokok yang dihisap per hari dikaitkan dengan peningkatan kreatinin serum >0,3 mg/dl sebesar 31 persen.
Kreatinin serum adalah kadar kreatinin yang diukur dalam darah, yakni zat sisa hasil pemecahan otot yang biasanya disaring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine.
Pemeriksaan kadar kreatinin serum sering dilakukan untuk menilai fungsi ginjal dan mendeteksi masalah ginjal, seperti kerusakan ginjal atau penurunan fungsi ginjal.
2. Penggunaan nefrotoksin
Nefrotoksin adalah zat-zat yang berpotensi merusak ginjal, atau memiliki efek toksik terhadap ginjal.
Konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit ginjal kronis, begitu pula penggunaan obat analgesik yang berlebihan dan paparan logam berat.
Penelitian dilakukan terhadap orang yang telah mengonsumsi kurang dari 1000 pil yang mengandung asetaminofen dalam hidup mereka.
Rasio peluang untuk penyakit ginjal stadium akhir ditemukan sebesar 2,0 bagi mereka yang telah mengonsumsi 1000-4999 pil dan 2,4 bagi mereka yang telah mengonsumsi 5000 pil atau lebih
3. Konsumsi makanan tinggi gula
Konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan dapat menyebabkan seseorang terkena diabetes.
Diabetes melitus merupakan penyebab utama penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal stadium akhir di negara maju dan berkembang.
Mekanisme yang menyebabkan penyakit ginjal pada diabetes meliputi cedera hiperfiltrasi, produk akhir glikosilasi lanjut, dan spesies oksigen reaktif.
Pada tingkat molekuler, banyak sitokin, faktor pertumbuhan, dan hormon seperti transforming growth factor-beta dan angiotensin II menyebabkan perubahan patologis yang terkait dengan nefropati diabetik.
Sekitar 8 persen pasien baru diabetes tipe 2 sudah mengalami proteinuria saat diagnosis. Di antara mereka yang awalnya bebas proteinuria, risiko nefropati diabetik dalam 20 tahun adalah 41 persen.
Setelah muncul proteinuria, risiko penyakit ginjal kronis progresif dalam 10 tahun berikutnya adalah 11 persen.
Jadi, sekitar setengah dari mereka yang menderita diabetes tipe 2 akan mengembangkan nefropati dan 10 persen dari individu ini akan mengalami kehilangan fungsi ginjal secara progresif.
4. Konsumsi garam berlebihan dalam makanan
Konsumsi garam berlebihan dalam makanan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Menurut studi yang diterbitkan di Journal of Clinical Medicine, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir, penyakit kardiovaskular (CVD), dan mortalitas.
Hipertensi sensitif garam adalah ciri khas hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis, di mana reabsorpsi natrium dan kelebihan volume adalah mekanisme mendasar yang menyebabkannya.
Penyakit ginjal kronis dapat diperburuk oleh asupan garam yang tinggi. Hal ini karena menyebabkan ekspansi volume dan hiperfiltrasi glomerulus, yang menyebabkan hipertensi glomerulus dan akhirnya glomerulosklerosis fokal.
Selain itu, garam memengaruhi produksi TGF beta, suatu sitokin inflamasi yang meningkatkan fibrosis ginjal dan miokardium.
5. Pola makan tidak sehat dan kurang olahraga
Pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik bisa menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan. Dua kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal.
Beberapa studi epidemiologi mendokumentasikan bahwa obesitas berhubungan dengan penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal stadium akhir.
Studi menunjukkan adanya tren yang jelas dan penting, yang memperlihatkan bahwa risiko penyakit ginjal kronis berbanding lurus dengan indeks massa tubuh (IMT) para peserta.
Di sisi lain, hipertrofi dan hiperfiltrasi glomerulus dapat mempercepat cedera ginjal dengan meningkatkan ketegangan dinding kapiler glomerulus dan menurunkan kepadatan podosit.
Sebuah studi epidemiologi skala besar dari Swedia menunjukkan peran obesitas dalam penyakit ginjal kronis.
Obesitas dapat berkontribusi pada patogenesis kerusakan ginjal melalui peradangan, stres oksidatif, disfungsi endotel, keadaan protrombotik, hipervolemia, dan gangguan adipokine.