Memilih material konstruksi adalah langkah krusial ketika membangun rumah. Bahan untuk rangka atap, dinding partisi, hingga plafon tidak hanya memengaruhi struktur dan biaya, tetapi juga ketahanan bangunan dalam jangka panjang. Dua material yang paling sering menjadi pilihan adalah kayu dan baja ringan.
Kayu dikenal memberikan sentuhan alami, hangat, dan mudah dibentuk sesuai desain. Sementara baja ringan menjadi favorit karena sifatnya yang praktis, anti-rayap, dan pemasangannya yang cepat. Seiring naik-turunnya harga bahan bangunan, banyak orang mulai mempertimbangkan ulang pilihan material terbaik untuk hunian mereka.
✅ Tidak Hanya Soal Harga, Tapi Nilai Fungsi
Arsitek sekaligus pendiri Green Building Council Indonesia, Ariko Andikabina, menegaskan bahwa penilaian “untung” dalam memilih material rumah tidak boleh hanya terpaku pada harga.
"Keuntungan tidak semata soal murah atau mahal, tapi tentang nilai dan fungsi yang diperoleh," jelasnya.
Menurut Ariko, baik kayu maupun baja ringan bisa memberi keuntungan berbeda, tergantung kualitas yang dipilih dan kebutuhan pengguna. Ia juga mencatat tren masyarakat yang kini semakin banyak beralih ke baja ringan, terutama untuk konstruksi ringan pengganti kayu.
⚙️ Proses Kerja: Baja Ringan Lebih Efisien
Dari sisi pengerjaan, baja ringan dinilai lebih cepat dan praktis. Tukang cukup menggunakan gerinda dan bor listrik untuk memotong dan memasang rangka.
Di sisi lain, pengerjaan kayu membutuhkan waktu lebih lama. Prosesnya mencakup pemotongan, penyerutan, hingga pengamplasan agar permukaan halus dan presisi — sehingga membutuhkan tenaga lebih besar dan keahlian khusus.
🌿 Bicara Lingkungan: Kayu Lebih Hijau
Meski baja ringan punya keunggulan teknis, material ini berasal dari tambang dan menggunakan energi besar saat produksi. Akibatnya, emisi karbon yang dihasilkan lebih tinggi.
Sebaliknya, kayu merupakan sumber daya terbarukan. Pohon menyerap karbon selama masa tumbuhnya, sehingga lebih ramah lingkungan. Selama berasal dari sumber legal dan bukan pembalakan liar, kayu menjadi pilihan berkelanjutan.
🏛️ Nilai Budaya & Keahlian Tukang Lokal
Selain teknis dan lingkungan, Ariko juga menyoroti nilai budaya. Indonesia memiliki sejarah panjang dalam penggunaan kayu, termasuk seni ukir khas Nusantara. Ia menilai keterampilan tukang kayu lokal perlu dijaga meski tren material modern berkembang.
"Keterampilan ketukangan perlu diwariskan agar tidak hilang," katanya.

