Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

✨ Sarwo Edhie Wibowo Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Kakek AHY Dikenang sebagai Penumpas G30S/PKI

November 12, 2025 Last Updated 2025-11-12T07:32:52Z



Nama Sarwo Edhie Wibowo kembali mencuri perhatian publik usai Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional.


Penganugerahan tersebut digelar di Istana Negara, Jakarta, pada 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional.


Keputusan ini tertuang dalam Keppres Nomor 116/TK Tahun 2025 sebagai bentuk penghargaan negara atas jasa besar Sarwo Edhie dalam menjaga keutuhan bangsa, khususnya saat Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).


Selain dikenal sebagai tokoh militer berpengaruh, Sarwo Edhie juga merupakan kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tokoh muda dan Ketua Umum Partai Demokrat.


Peran Besar dalam Sejarah Indonesia


Sarwo Edhie Wibowo adalah Jenderal TNI (Purn.) asal Purworejo, Jawa Tengah, yang dikenal tegas dan disiplin.

Ia memainkan peran penting dalam penumpasan G30S/PKI tahun 1965, saat menjabat sebagai Komandan RPKAD (kini Kopassus).


Bersama Jenderal Soeharto yang kala itu menjadi Panglima Kostrad, Sarwo Edhie memimpin operasi militer untuk menumpas pemberontakan PKI dan memulihkan stabilitas nasional.


Tindakan tegasnya membuatnya dihormati banyak kalangan, meskipun juga menyisakan kontroversi di sejumlah pihak.

Namun, tak bisa dipungkiri, perannya menjadi penentu arah sejarah Indonesia pasca-1965.


Kehidupan Awal dan Pendidikan


Sarwo Edhie lahir di Desa Pangenjuru, Purworejo, Jawa Tengah, pada 25 Juli 1927 dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini.

Sejak kecil, ia dikenal disiplin dan memiliki minat kuat pada dunia militer.


Saat pendudukan Jepang, Sarwo Edhie bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air).

Ia menempuh pendidikan di HIS dan MULO, kemudian melanjutkan pelatihan militer di Fort Benning (Amerika Serikat) dan General Staff College (Australia), memperkuat keahliannya dalam strategi dan kepemimpinan militer.


Karier Militer yang Cemerlang


Perjalanan karier Sarwo Edhie dimulai pada 1945 ketika ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Ia kemudian dipercaya memimpin Batalion dan Resimen di Divisi Diponegoro, sebelum menjadi Wakil Komandan Akademi Militer Nasional pada 1959.


Puncak kariernya terjadi pada 1965 saat memimpin RPKAD dalam operasi penumpasan PKI.

Keberhasilan ini membuatnya dipercaya menduduki sejumlah posisi penting, di antaranya:


Gubernur Akademi Militer Nasional (1968–1970)


Duta Besar RI untuk Korea Selatan (1973–1978)


Ketua BP-7 Pusat (1980-an)


Kehidupan Pribadi dan Keturunan


Sarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah dan dikaruniai tujuh anak.

Salah satu anaknya, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono), merupakan istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


Keturunan Sarwo Edhie banyak berkiprah di bidang politik dan militer, termasuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Pramono Edhie Wibowo.

Keluarga ini dikenal menjunjung tinggi disiplin, nasionalisme, dan dedikasi terhadap negara.


Sarwo Edhie wafat pada 9 November 1989, dan dimakamkan dengan penghormatan militer.

Tiga puluh enam tahun setelah kepergiannya, namanya kini diabadikan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.


Warisan Perjuangan dan Pengakuan Negara


Dalam upacara penganugerahan di Istana Negara, AHY hadir mewakili keluarga dan menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan tersebut.

Ia menyebut gelar itu sebagai kehormatan besar sekaligus pengingat tanggung jawab moral keluarga untuk meneruskan nilai perjuangan sang kakek.


Selain Sarwo Edhie, Presiden Prabowo juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh lainnya yang dianggap berjasa besar bagi bangsa.


Penutup


Sarwo Edhie Wibowo bukan hanya dikenal sebagai prajurit tangguh dan pemimpin tegas, tetapi juga teladan bagi generasi penerus bangsa.

Dedikasinya dalam menjaga keutuhan negara membuatnya layak mendapat gelar Pahlawan Nasional.


Kini, namanya akan selalu dikenang dalam sejarah sebagai simbol keberanian, disiplin, dan cinta tanah air yang abadi bagi Indonesia.

×