Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Cerita Pilu Ibu Monyet Makan Jasad Anaknya Usai Gendong Berhari-hari

Juli 09, 2023 Last Updated 2023-07-09T08:00:11Z


 

Seekor monyet di kebun binatang di Eropa memakan jasad anaknya yang sudah digendongnya selama berhari-hari. Ada apa dengan sang primata?

 

Cerita ini terjadi pada Agustus 2020 pada seekor monyet betina (Mandrillus leucophaeus) bernama Kumasi. Ia melahirkan seekor bayi laki-laki di taman safari Dvůr Králové di Republik Ceko.

 

Sayangnya, delapan hari kemudian, bayi tersebut mati, padahal bayi tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang buruk ketika dilahirkan.

 

Kumasi kemudian menggendong mayat anaknya di dalam kandang selama hampir dua hari dan mencegah penjaga kebun binatang untuk mengambil jasad itu. Perilaku ini kemungkinan sebagai bentuk sangkalan terhadap anaknya yang telah mati.

 

Menjelang akhir hari kedua, keadaan berubah ketika Kumasi mulai memakan bayinya yang telah mati. Dia tampak telah menelan sebagian besar jasadnya sebelum akhirnya jasadnya dipindahkan oleh penjaga kebun binatang.

 

Sebagai catatan, tidak ada monyet lain di dalam kandang yang memakan jasadnya bayi tersebut.

 

Para peneliti lantas mempelajari perilaku Kumasi. Mereka menggambarkan kejadian suram tersebut dalam sebuah studi baru yang diterbitkan pada 27 Juni di jurnal Primata. Studi ini juga memuat video Kumasi yang sedang menggendong dan memakan anaknya.

 

Fenomena langka

Tidak jelas berapa kali kanibalisme bayi telah didokumentasikan, tetapi hal ini menurut Elisabetta Palagi, ahli biologi primata di Universitas Pisa di Italia, hal ini "sangat jarang terjadi."

 

"Dalam literatur ilmiah, Anda hanya bisa menemukan laporan anekdot," katanya, dikutip dari LiveScience.

 

Pada hari-hari setelah bayi itu meninggal, Kumasi terus memeluk bayinya ketika anggota kawanan monyet lainnya datang untuk memeriksa tubuh anak yang sudah tidak bernyawa itu.

 

Kumasi kemungkinan berduka karena kehilangan anaknya, tetapi para peneliti menduga ia sebenarnya tidak yakin atau tidak mau menerima kenyataan anaknya telah meninggal.

 

Semirip Itukah Manusia dan Kera?

Sang induk terus-menerus menempatkan wajahnya di depan garis mata bayinya seolah-olah mencoba untuk menarik perhatian bayinya.

 

"Monyet dan kera sering memeriksa wajah bayi mereka yang mati seperti ini, mungkin untuk melihat gerakan mata," kata Palagi.

 

"Ketika induk tidak menerima umpan balik dari bayinya, mungkin berarti ada sesuatu yang tidak beres," tambahnya.

 

Seiring berjalannya waktu dan karena tidak ada respons, Kumasi menjadi gelisah dan mulai menyeret dan melempar mayat bayi itu ke sekeliling kandang.

 

 

Peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah tindakan yang mengerikan dari sudut pandang manusia. Namun, para peneliti yakin Kumasi memiliki alasan yang kuat untuk memakan anaknya yang sudah mati.

 

 

"Jika kita mempertimbangkan investasi energi reproduksi yang luar biasa dari induk primata, kanibalisme dapat dianggap sebagai sifat evolusi adaptif yang membantu induk untuk memulihkan energi setelah masa kehamilan," kata Palagi.

 


Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan peluang keberhasilan reproduksi di masa depan.

 

"Fakta bahwa induk tidak berbagi bangkai dengan anggota kelompok lain mendukung hipotesis manfaat nutrisi dari kanibalisme," lanjut Palagi.

 

Hewan yang Hanya Ada di Indonesia

Ini bukan pertama kalinya kanibalisme bayi dijelaskan sebagai cara untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi.

 

Pada 2019, para peneliti yang mengamati populasi monyet kapusin berwajah putih (Cebus imitator) di taman nasional di Kosta Rika menyaksikan seekor betina memakan sisa-sisa bayi yang mati setelah jatuh dari pohon.

 

Betina tersebut bukan ibu dari bayi tersebut, tetapi ia melahirkan dua minggu kemudian. Hal ini menunjukkan ia hanya melakukan kanibalisme untuk mendapatkan nutrisi tambahan bagi anaknya.

 

Para peneliti dalam studi terbaru ini juga yakin usia bayi monyet memainkan peran ketika dijadikan sebagai makanan.

 

"Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemungkinan keterikatan ibu-bayi menjadi cukup kuat untuk mencegah kanibalisme ibu terhadap bayinya yang mati," terang Palagi.[SB]

×