Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Bukti Orang RI Pilih 'War Takjil' Daripada Beli Baju Baru

Maret 20, 2024 Last Updated 2024-03-20T03:26:34Z


Pada Ramadan ini, masyarakat di Tanah Air ternyata lebih memilih membelanjakan uangnya untuk makanan dan minuman. Mandiri Spending Index mengonfirmasi bahwa data belanja masyarakat ke supermarket dan ke restoran sudah mencapai lebih dari 40%.


Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan peningkatannya cukup signifikan jika dibandingkan Januari 2023. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih 'perut' ketimbang belanja lainnya, termasuk 'sandang'.


"40%, sekitar 30%. Jadi dari sisi konsumsi itu masyarakat semakin defensif. Semakin terkonsentrasi belanja yang makanan aja," kata Asmo di Jakarta, Senin (19/3/2024).


Tapi positifnya, sambung Andry, memang dari trajektorinya konsumsinya yang tadinya turun, sekarang mulai naik lagi. Namun, Asmo menyebut keuntungan para pengusaha makanan dan minuman kemungkinan akan tergerus.


"Cuma sekarang kan pengusaha itu kan, game-nya adalah bagaimana dia managing cost kan. Sekarang kan cost-nya jadi naik tuh. Nah, di saat yang bersamaan, itu kan harus manage daya beli juga. Makanya tuh kayaknya pengusaha-pengusaha kayak makanan minuman itu akan kegerus juga tuh marginnya tuh. Ya, di tahun ini. Jadi karena gak bisa sembarangan naikin harga ini kan, makanan olahan juga gitu," jelasnya.


Selain itu, Asmo menyebut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi kelompok masyarakat kelas menengah (desil 40 hingga 80) di bawah rata-rata konsumsi nasional.


Sementara itu, konsumsi kelompok menengah ke bawah (desil di bawah 40) masih tinggi, dan konsumsi kelas atas (desil 90 hingga 100) paling tinggi.


"Jadi artinya ini kelas menengahnya masih berada di bawah pertumbuhannya. Jadi kalau misalnya kena pengaruh dari kenaikan harga pangan, dia jadi turun banget drastis tuh konsumsinya," pungkasnya.


Sementara itu, data Mandiri Spending Index menunjukkan fenomena makan tabungan masyarakat kelas bawah sudah relatif flat. Ini juga terpengaruh dari bantuan sosial (bansos).


Namun, dia tetap mengingatkan agar pemerintah memperhatikan konsumsi kelas menengah


"Karena kelas menengah agak tergerus apalagi kelas menengah yang lower middle itu kalau harga beras naik kenceng, itu kemudian dia akan jatuh jadi konsumsinya sangat terbatas," katanya.


Efek Bansos


Ekonom Senior BCA, Barra Kukuh Mamia menegaskan bahwa untuk 2024 ini, ada potensi tailwind dari bantuan sosial (bansos) sebelum pemilu sehingga transaksi belanja masyarakat dapat tumbuh 15-20% di minggu terakhir puasa.


Terbukti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi anggaran bantuan sosial melonjak tajam pada awal tahun ini, terutama pada Januari dan Februari.


Menurut Sri Mulyani, realisasi belanja bansos meningkat utamanya dipengaruhi penyaluran PKH tahap I di bulan Januari dan penyaluran program kartu sembako bulan Februari.


"Bansos kita melonjak tajam Rp 9,6 triliun jadi Rp 22,5 triliun (per 29 Februari) terutama untuk Kemensos," kata Sri Mulyani, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI, Selasa (19/3/2024).


Kenaikan realisasi bantuan sosial pada awal tahun ini mencapai 135,1%. Pada Februari 2023 lalu, realisasinya hanya Rp 9,6 triliun, tumbuh minus 63,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, bantuan sosial juga naik karena ada pembagian bantuan beras untuk keluarga penerima manfaat (KPM) selama tiga tahun berturut-turut, termasuk tahun 2024.


×